Balapan liar, ketika saya pulang nonton konser sandy sandoro di Babyface, sekitar pukul 01:15 dini hari, Masih banyak anak muda nongkrong di taman KB dan sepanjang Jalan pahlawan. Tiba-tiba saya dikagetkan oleh 2 pengendara motor yang berpacu menggeber motornya. Saya berhenti dan mematikan motor untuk melihat kerumunan, ternyata banyak pengendara motor adu kencang tanpa pengaman standard seperti helm dan jaket, bahkan ada yang hanya pakai celana pendek dan sendal jepit.

Penonton yang kebanyakan ABG berderet  dari jalan veteran memanjang sampai dinas kehutanan. Gumamku geregetan liat yang pada pamer motor "Jatuh mana yang jatuh nih? kok gak ada yang sekarat atau glangsaran di aspal?". wahahaha ups keceplosan, saya langsung cabut menggeber motor kapasitas 100cc dengan kecepatan 60km/jam *kaboorr*.

Balapan liar atau disemarang lebih akrab disebut trek-trekan adalah kegiatan yang membahayakan, bukan hanya yang mancal gas dan glangsaran diaspal tadi, namun juga membahayakan keselamatan orang lain. Tapi ya biarlah, itung-itung tontonan gratis dan heboh yang menghangatkan malam, toh para penonton dan pembalap liar sudah tau konsekwensinya, kalo gak tengkorak retak ya paling parahnya makam bergoto dan komplek pahlawan buka 24 jam *dilempar knalpot*.

Dilihat dari sisi hukum, Balapan liar sangatlah meresahkan ketertiban umum dan merupakan kegiatan terlarang. Tetapi di mata muda-mudi (kebanyakan ABG) yang hobi kebut-kebutan, mereka beralasan kegiatan ini adalah ajang menunjukkan jati diri, hobi, bakat, eksistensi dan mungkin juga biar dibilang macho atau gaul. GAUL DENGKULMU BOCOR? belajar yang bener dulu dik! baru balapan!.

Bisa jadi karena di bangku sekolah tidak diajarkan pendidikan berlalu lintas atau ekstrakurikuler mengendarai motor dengan benar, jadi mereka belajar dan praktek langsung dijalanan. Yang jadi pertanyaan saya adalah jalan pahlawan nomor 1 itu bukannya markasnya polisi ya? kenapa tidak ada petugas yang turun tangan mengamankan balapan? apa semangatnya kalo ada penggusuran lahan? atau razia hotel? Mungkin juga pak polisi sudah geram, jengkel dan kasihan kalo harus menilang ABG yang SIM saja belum tentu punya.

Kebut-kebutan secara tidak langsung telah membudidaya di masyarakat, Saya pernah melihat ada anak SD yang kaki saja belum cukup panjang, eh halakok sudah berani membonceng 2 temannya dijalan raya, disenggol dikit aja pasti sudah jatuh glangsaran di aspal. Pihak Sekolahan pun seakan mendukung dengan menyediakan lahan parkir, bukannya anak SMA dan SMP itu rata-rata dibawah umur 17 tahun? seharusnya SIM pun belum punya bukan?

Ada baiknya Polisi lalu lintas selain razia ke jalan, sepertinya wajib juga turun ke sekolahan, dalam arti memberikan pendidikan, pengertian dan pengarahan kepada siswa, supaya generasi muda sadar dan taat hukum. Tentunya dengan dukungan pihak sekolah, orangtua murid dan masyarakat.

@slamsr