Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi
Tuesday, January 29, 2013Cerah ceria dan seyum 9 srikandi , berhasil mendapatkan Syal Jaga bhumi |
"9 srikandi SMAN 1 Salatiga meraba lorong Goa Jepang dalam gelap, lembab, dan dingin. Merayap menyatu dengan bumi bagaikan ular, pagi itu di tanah gempal makam Peromasan Gunung Ungaran menjelang fajar. Demi selembar syal berwarna abu-abu bertulisan Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi"
DIKSAR angkatan XXII Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi SMAN 1 Salatiga mengawali perkenalan saya dengan alam. Kami bertukar pandang pertama kali di Pos Mawar dalam guyuran hujan yang berselimut kabut di dalam barak. Malam itu kami belum berkenalan, hanya senyum sapa dan berbagi kehangatan dalam sepetak papan, tentunya di dalam sleeping bag masing masing.
DIKSAR ke XXII diikuti oleh 9 peserta yang dikomando oleh belasan panitia angkatan XXI dengan hiruk pikuk tugas dan kewajiban masing-masing yang tidak ringan. Tidak kalah hebat adalah para senior yang jauh-jauh menyempatkan diri untuk hadir dan memberi support baik materi dan spiritual kepada generasi mudanya.
"edyannn, 9 orang dan semuanya cewek" Jadwal begitu padat, mulai dari Berlatih navigasi di puncak gunung botak walau ada beberapa yang belum paham arah timur entah dimana, mendirikan tenda di kebun teh hingga matahari terlelap dan menjaga supaya kompor parafin tidak membakar tenda, belajar bertahan di alam dengan apapun termasuk melibas jangkrik bernyawa supaya perut tenteram, dan banyak lagi acara yang tidak bisa saya jelaskan satu per satu.
Malam di puncak gunung adalah sebuah misteri, Kepala pembina dan senior semakin bertambah khawatirk kepada anak didiknya ketika hujan turun dengan deras, angin kencang, suhu mendekati 15 derajat celcius. Saya masih ingat malam itu pukul 10 malam di kebun teh bukit peromasan. Seluruh panitia DIKSAR dikumpukan oleh pembina dan para senior dalam satu lingkaran untuk evaluasi, curhat, dan membongkar keluh kesah.
Diatas bukit peromasan itu, semuanya mendapatkan giliran untuk meluapkan emosi, tangis, kritik dan keluh kesah selama DIKSAR berlangsung, bahkan diperobolehkan mengumpat dan mengungkapkan ketidak sukaan secara personal dengan blak-blakan kepada panitia dan senior. Tapi setelah pulang dari bukit ini, mereka saling bersalaman, berpelukan dan rukun kembali, bahkan keluarga kecil ini semakin erat, menerima semua ketidak sempurnaan dan mempersembahkan yang terbaik untuk "pamitran".
Merajuk ke sebuah barak yang gelap total, pantas saja karena arus listrik dari genset warga sudah dimatikan sejak pukul 10 tadi. Puluhan wajah lelah meredup seiring temaram cahaya pelita yang menerangi sisi wajah lelah panitia, namun beberapa masih bersemangat bercengkrama. Berbagi cerita, berbagi pengalaman, ada juga yang sudah merebahkan diri diatas lantai semen beralas tikar yang lembab.
PLGJB bukan sekedar pecinta alam semata, mereka adalah sebuah keluarga besar penuh nilai. Arti dari "pamitran" sendiri adalah pertemanan, Saya sendiri baru tau tentang arti selembar kain syal berwarna abu-abu yang digadang-gadang harus melalui perjalanan panjang yang menuntut ketahanan fisik, mental serta nyali untuk mendapatkannya.
Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi (PLG JB) adalah salah satu ekstrakurikuler di SMUN 1 Salatiga. Ekstrakurikuler yang mengarah pada kegiatan diluar dan alam bebas, khususnya mendaki gunung. Berdirinya Jaga Bhumi di pelopori oleh 5 orang siswa SMUN 1 Salatiga pada tanggal 17 September 1987, di puncak Garuda gunung merapi. Sampai sekarang pun, pertemanan mereka masih langgeng mengakar dan berbuah kepada bibit bibit baru.
Simbol topi rimba hijau dengan garis kuning yang beradasar abu-abu memiliki makna yang dalam, terutama warna dasar abu-abu. Para pendiri menggunakan warna dasar abu-abu sebagai perlambang terhadap alam yang tidak menentu (tidak hitam atau putih). Kondisi alam yang susah ditebak dijadikan filosofi dari Jaga Bhumi, dimana setiap anggota harus siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan oleh alam.
Perkenalan 9 srikandi dengan senior, Didot (kananbaju putih) salah satu pendiri Jaga Bhumi |
Tulisan ini saya tutup dengan sebuah kata bijak dari Jimbron (salah satu pendiri Jaga Bhumi)
“Keraskanlah dirimu, maka alam akan lunak kepadamu”
Foto : Dhave Dhanang
beberapa info saya kutip dari blognya dhave.net
14 komentar
Aku jadi pengen daki gunung jugaaa. Aaaa udah lama gak naik gunung.
ReplyDeleteudahhh, mba eka ke pantai sajaa hhehehe
DeleteWis suwi gak mungah gunung .. waet lulus kuliah.. wah kapan loenpia muncak ya ...
ReplyDeletepantengin timeline di milis saja, kalau saya naik gunung biasanya dadakan
Deleteselama nyaris 3 tahun d semarang cuma sempat naik gunung ungaran, itupun megeh2 sangat
ReplyDeletekeren lho mba, traveller seperti mba elvy ini patut diacungi jempol dan angkat topi...
Deletekayaknya cocok tuh para cew untuk memetik daun teh..hehehe
ReplyDeleteeh.. bener kah itu daun teh?
kok ya cewe semua slams? lol...
ReplyDeletebtw, tu anak2x SMA kalo mao ke jepang nih ada Beasiswa SMA ke Jepang
kebetulan yg berminat PA masih wanita,
Deletebhahaaha nitip link, okay
Ngeri amattttt, sispala (siswa pecinta alama) memang syerem amat. Too adventurous for me.. apa aku yang pecicilan yak?
ReplyDeleteSend me anywhere in the world, Slam. But, not camping.. hahahhahhaha.. *getok Gek*
camping di halaman rumah aja gek, asyik juga kok sembari mainan api unggun
Deletewah seru banget tu.,.,.,., pencinta alam matep dah
ReplyDeleteudah seabad gag kesini *lebay* hihhihi
ReplyDeleteciee dapet gebetan gag? *Ditimpuk*
dari dulu pengen naik gunung tapi gag pernah kesampaian deh >.<
kamu sih sibuk pacaran sama suwamik...
Deletesemoga jabang bayi nanti kesampaian naik gunung