Trailrun Jalur Gunung Ungaran dan Gedong Songo
Friday, October 04, 2013"Mau mendaki mas? | gak kok, cuma mau masuk ke gedong songo secara GRATIS" tanya sepasang pendaki yang turun gunung dengan bergandengan tangan. Kaki, sandal dan pantat mereka coklat bergelumut tanah. Mereka lama mengamati saya, sepertinya celana kolor dengan selang air hydropack dikenyot di mulut terlihat begitu aneh dan kontras dengan para pendaki lainya yang turun beriringan menggendong carrier segede kulkas dan berpakaian serba rapat.
Trail run, EDAAAAN! saya sebut ini adalah trail run paling terburu-buru, kenapa? sudah kurang tidur, bangun kesiangan, tidak sarapan, ditinggal rombongan dan perut konslet sejak 2 hari yang lalu, tapi harus tetap dilakoni. Teriakan dan patukan ayam Jago dari layar alarm handphone juga tidak mempan membangunkan saya. SMS dari Dhave "06:13 posisi?" baru saya baca 15 menit kemudian. ASTAGAAAAA langsung mandi, persiapan seadanya dan tancap gas. Saya tidak berniat kebut kebutan, tapi jalan Gunungpati - Jimbaran yang jaraknya hampir 30km saya libas dalam waktu kurang dari 30 menit.
07:24 saya mengawali langkah dari Gapura Jimbaran, mengatur nafas dan lari kecil untuk segera menyusul rombongan yang sudah naik duluan. Sebelum lari, saya sempatkan stretching dari kepala sampai kaki untuk mengurangi potensi cidera. "Karena Sarapan adalah harapan" maka saya sempatkan mengunyah roti isi coklat di perjalanan sambil membayangkan 4 kawan saya, yang katanya sudah kenyang sarapan soto di pasar Jimbaran. NASIIIIB! semoga nanti di camp mawar ada yang jualan bakso urat atau tahu gimbal.
3 kilometer yang sangat berat, diiringi mentari yang sudah meninggi dan terik, padahal belum ada jam 8. Saya buru buru menyusul rombongan, lari-lari kecil meretas jalan kampung supaya tidak tertinggal lebih jauh. Sesampainya di perkebunan mawar, jalan berbatu memperlambat langkah, jalan beton yang panas membuat kaki makin berat, bibir jadi lebih sering mengenyot selang air untuk membasahi tenggorokan. 53 menit waktu yang saya butuhkan ntuk sampai di meeting point "camp mawar".
Alam Gunung Ungaran akhir september ini begitu kering. Ketika melewati hutan pinus, debu debu mudah menghambur bila dipijak. Rombongan yang tadinya beriringan rapi, sekarang mulai berpencar menjauh berselisih jarak sesuai daya tahan lutut dan nafas masing masing. Tujuan selanjutnya adalah Pertigaan Kebun teh peromasan, melewati kebun kopi dan tempat penggilingan kopi yang relatif datar dan nyaman untuk kaki. Saya masih bisa lari kecil disini sambil menutup rapat hidung dengan buff untuk mengurangi tumpukan debu di bulu hidung dan langit langit mulut.
"Jangan menggantungkan diri kepada orang lain" Sampai di kebun teh ada kabar buruk bagi perut, yaitu bekal berupa biskuit coklat yang saya titipkan masih 15 menit jauh di belakang, sementara tenaga dari segenggam roti coklat sudah habis. Sebuah pelajaran bagi saya, lain kali bekal dan kebutuhan pokok seperti minum dan makanan harus di bawa sendiri, jangan menggantungkan kepada orang lain. kalau bisa malah membantu meringankan.
Suasana di kebun teh begitu ramai, para pemetik teh begitu lincah memangkas pucuk pucuk daun, beraneka macam ekspresi muncul dari para pendaki yang baru saja turun gunung menikmati sunrise, tenda-tenda sisa kisah semalam mulai dilipat dan dirapikan. BAIKLAAAH... saya lanjutkan penanjakan saja, daripada dihakimi sebagai "orang hilang" karena celingak celinguk menunggu kawan datang. saya sudah bosan ditanya oleh puluhan pendaki yang berpapasan,“sendirian mas? | tidak mas, saya sudah punya kekasih". #okesip.
Memasuki hutan dengan kondisi jalur pendakian yang ramai dan menanjak sempat membuat stress, belum lagi harus melompat batu batuan yang tingginya lebih dari 1 meter, menekuk lutut dan mendorong pantat untuk sampai ke puncak. Tipu tipuan alam berupa puncak palsu sudah terekam di ingatan, jadi kalau ada orang yang bilang "SEMANGAT MAS! PUNCAK SU DEKAAAT" tidak mempan lagi, yang ada di kepala adalah puncak tinggal melompati 3, 2, dan 1 bukit lagi.
2052MDTB (meter diatas tiang bendera) |
dibelakang kami adalah puncak sejati gunung ungaran |
Dengan karcis 5000 perak, kita bisa membersihkan badan, merendam kaki dan badan di kolam, menguliti keringat yang menempel. Berendam di hangatnya air belerang ternyata juga berkhasiat melegakan perasaan, meringankan pegal pegal, melemaskan otot yang kejang selama perjalanan. AWAS! aroma khas belerang akan awet menempel selama 1 hari di kulit dan 2 hari di rambut. Dan bagi yang punya penciuman sensitif, bisa membuat kepala migren *ikat kencang kepala*.
Sudah puas berendam selama 1 jam di kolam belerang gedong songo, saatnya pulang dan kembali ke titik Start di Pasar Jimbaran. Waktu yang tercatat adalah 5 jam sejauh 18.25km. Jalur lari gunung ungaran gedong songo sudah berhasil dipetakan dengan total 25.25 kilometer. Bila ingin mencoba bisa berkunjung di endomondo milik dhave. #ayomlayu.
NB: Sumber foto dari Dhave
15 komentar
sleeeem..
ReplyDeleteuntungnya aku nggak jadi ikut..
kalian terlalu ekstrim (--")
ayolahhhhh ikuttt.... gak seekstreem yg km bayangkan kok haha
Deleteekstrem sambele bakule soto....
Deleteekstrem sambele bakule soto....
Deleteedan aktivis lari saiki =)))
ReplyDeleteyoi mas... #marilari
Delete*ngiler*
ReplyDeleteilere dilapi disiik mas... ndlewer kae lhoo
DeletePengsan aku nek mlakune sak mono dohe,
ReplyDeleteNek ono sing mlakune maksimum 2 km wae aku dijak hahahaha...
ada mas
Deletedi gunung siwakul ungaran... (bukit)
sama bukit gembol hehehe
salam kenal mas bro... ijin nyimak... =)
ReplyDeletenyimak.. hehe,,
ReplyDeletebolak balik nanjak ungaran juga.. tp blm pernah turun lwt Gdg 9.. :)
coba turun dari sana, bisa mandi air hangat
DeleteApakah lewat pemandian air panas yg ada uapnya yg nyembur... Mohon pencerahan 🙏
Deletekeliatannya seru sekali! jadi pengen coba ke sana :D
ReplyDelete