Nyepi di Gunung Ungaran
Thursday, April 10, 2014Nyepi Di Gunung Ungaran |
Minggu 30 Maret Jam 6 pagi, langit berwarna abu-abu, matahari cuma sesekali mengintip dari tirai mendung lalu sembunyi lagi. Lutut yang suka kumat ini sudah gatal ngajak lari, nampaknya kangen dengan tanjakan, udara segar dan jauh dari polusi. Genk galau dari salatiga sudah punya hajat gak bisa disusul, mereka bergelantungan ke gunung kidul. Ngajak kekasih pun tidak mungkin, sudah terbayang suara dan raut mukanya bakal seperti iklan korupsi "TIDAKKK!". Akhirnya jalan sendiri walau cuaca kurang bersahabat.
Hujan jatuh menghujam aspal di tengah perjalanan, sempat berteduh dan berpikir untuk balik kanan banting stang karena hujan tidak kunjung reda. 30 menit lebih saya menunggu di toko roti "perawan" sekalian mengisi perut. Sudah kepalang tanggung basah, gerimis sepanjang jalan menuju Camp Mawar pun diterjang.
Periksa kelengkapan, Tas hydropack oplosan antara Ponari sweat dan air rebusan sendiri siap dikenyot dari selang untuk membasahi tenggorokan, roti coklat dan biskuit gandum sepertinya cukup untuk supply tenaga saat nanjak dan melumasi lutut ketika turun Gunung ungaran. Celana sudah dilepas (maksudnya ganti celana pendek), kencangkan tali sepatu, pemanasan sedikit lalu siap untuk playon. Sepertinya ada yang kelupaan, Alamaakk sublock entah sembunyi kemana!.
Hujan semalam dan pagi tadi menyiskan genangan air, pohon basah, tanah becek, berlumpur, dan bebatuan licin yang menambah serunya rintangan untuk ditaklukan dalam pelarian. Udara dingin bercampur mendung, namun panasnya matahari tetap terasa di jidat. Hutan pinus yang licin dilalui dengan lancar dan riang gembira walau sering terpeleset karena sol sepatu trail MudSlinger sudah mulai tipis. Nafas sedikit terengah dan sesak saat menyesuaikan udara pegunungan. Masuk di hutan primer yang becek dan berlumpur sepertinya akan semakin asyik.
Masuk hutan udara mendadak sejuk, kalau jalan landai dan sepi saya lari, tapi kalau tanjakan dan ramai orang saya memilih untuk jalan santai saja. Sempat berpapasan dengan setengah lusin rombongan yang menggendong kulkas di punggung, menyapa "monggo mas, mari, amit mas, sendiri mas?", wajahnya letih lelah, matanya sayu kurang tidur mungkin karena kehujanan semalam atau mungkin kecewa tidak dapat sunrise. mereka keanehan menatap saya yang segar bugar mirip iklan extrajohh.
Kisaran jam 9 sampai di kebun kopi, banyak pendaki yang bergelimpangan mengistirhatkan pantat di pinggir kolam yang pernah saya selami dan bikin keruh. Saya hanya lewat sambil lari kecil karena air di Hydropack masih banyak. Mulai dari sini cuaca mulai panas, buff saya gunakan untuk menututupi aurat (jidat) dari sengatan matahari, sambil mengingat-ingat siapa yang membawa sunblock saya.
Perjalanan dari kebun teh ini lebih menarik, berpapasan dengan bermacam jenis, type, dan merk pendaki.
Bertemu 4 bersaudara kakak beradik runtut berurutan saat turun gunung ungaran berdasarkan umur. Paling kecil masih SD berada di depan, ada 1 cewek manis, bening, masih SMA, lama diamati ternyata lucu juga #eh #modus. Sedangkan kakak paling tua yang berada di belakang menatap saya dengan penuh curiga "hehe... mari mas, 1 keluarga ya?".
Apa mereka (para pendaki yang berpapasan) itu tidak punya perasaan?
Tiap kali ketemu saya kok pertanyaanya seperti copy paste saja
"sendirian mas?"
"IYA, mau nemenin?"
Untung gak ada kelewat sadis bertanya "sendirian mas? jomblo ya mas?"
Sumpah kalau yang nanya cowok, bakal saya ajak berantem, saya kalungin selang hydropack ke lehernya. Kalau cewek saya ajak kenalan, minta nomor hape dan facebooknya.
Sampai di puncak teryata masih ramai, puluhan orang bertahan di sekeliling tugu. Merapikan tenda, sarapan, bakar bakaran di puncak. Sampai mencari spot yang sepi untuk foto saja saya susah. Ada 8 muda-mudi menyabotase tugu puncak, foto foto narsis gak mau turun selama 15 menitan. Apa mereka tidak tau kalau saya juga pengen foto narsis di situ #eh.
Akhirnya saya bergegas turun dengan sedikit kecewa. Namun terobati dengan catatan waktu turun gunung ungaran 30 menit, lebih cepat 15menit dari catatan sebelumnya, dengkul juga tidak begitu gemetar. sepertinya khasiat dari doping 1 potong arem-arem isi abon ayam dan donat coklat kacang yang saya makan di puncak tadi.
1 pria kurus dan 3 bocah SD |
Trail MudSlinger Jebol |
NB: Foto diatas hasil recovery yang selamat, videonya lenyap
9 komentar
Baleni maning to sutinge... hhh...
ReplyDeletebesok mas, nunggu long weekend lagi
Deletewah gan pasty seru
ReplyDeletekemping disana?
masih untung itu para pendaki bertanya "sendirian mas?", itu artinya mereka peduli......... atau kasihan ya #ups.
ReplyDeleteegak kok, mereka cuma basa basi...
Deletelha mana mungkin mereka tanya "ada nasi padang gak mas?"
nice info gan!
ReplyDeleteSambil menghirup udara segar pegunungan sambil menikmati pemandangan indahnya ia gan
ReplyDeleteWah udah lama ini terakhir naik gunung ungaran .. jadi kangen kesana lagi.
ReplyDeletebesok pengen kesana lagi
Delete