Apakah Harus Berdamai dengan Kenangan?
Saturday, August 01, 2015Kenangan, lubang bekas luka itu tetap saja perih. Walaupun berangsur kering namun kadang kembali basah berdarah ketika ingat jalan atau tempat-tempat menyakitkan itu. Kadang malah makin buruk ketika datang satu paket bersama kemarahan dan kesedihan. Iya, aku jadi mudah tersulut marah.
Seberapa sering kenangan pahit itu datang menghampiriku, menyekapku dan membuatku seperti tertimpa beton dan tak kuasa untuk beranjak?. Jawabannya adalah "sering". Datang tiba tiba tanpa permisi dan tanpa aba aba. Muncul dari apa saja. lewat gelagatmu, lewat jalan itu, lewat jalan itu, lewat jalan itu, Iya jalan itu dan lewat bangunan itu. Pikiran juga ikut kalut kalau mendengar kata yang sudah "blacklist" itu, apalagi kalau ada yang membahasnya. Serasa pengen menghantamkan kepala ke dinding dan batu.
Film hitam putih penuh kegelapan itu selalu berputar lalu kembali dari awal hingga akhir dikala kenangan itu mulai mengusik, kadang tambah menyakitkan ketika ada adegan slow motion yang tergambar jelas. Yang ada hanya sakit dalam diam, pikiran resah gentayangan kemana mana. Marah? iya aku sekarang mudah marah.
Rasanya ingin berdamai dengan kenangan itu, tapi kenapa begitu sulit? Apakah karena ini sebuah kenangan pahit? getir? jadi rasanya sulit? Namun yang namanya kenangan tetaplah kenangan, tempatnya selalu di belakang. Jangan pernah diizinkan untuk mendahului di depan.
2 komentar
ya memang susah sih
ReplyDeletenamun saat demikian lebih baik lebih mendekatkan diri pada Tuhan, semoga Tuhan mengobati semua rasa sakit itu
selau berdoa nyin.
Deleteden berharap bisa berdamai